Sejarah Masuknya Islam di Maroko
Islam pertama kali dibawa ke Maroko pada
tahun 680M oleh invasi Arab dibawah Uqba ibn Nafi, seorang jenderal yang
melayani Damaskus di bawah Bani Umayyah. Tetapi catatan lain menyebutkan bahwa
agama Islam kali pertama dibawa ke Maroko oleh orang Arab yang menyerbu wilayah
itu pada tahun 683. Penaklukan wilayah Afrika Utara
ini memakan waktu 53 tahun. Penyebaran Islam di Maroko dilanjutkan oleh
Panglima Musa bin Nushair pada tahun 698 bersamaan dengan penaklukan
benteng-benteng di dekat Samudera Atlantik. Seorang jenderal bernama Thariq bin
Ziyad berjihad menaklukan Spanyol melalui Maroko pada tahun 710 dan ekspedisinya
itu sukses . Tariq bin Ziyad yang diangkat Musa bin Nusair untuk memerintah
Maroko setelah ditaklukkan, kemudian menyebrangi selat antara Maroko dan Eropa,
dan mendarat di suatu tempat (gunung) yang kemudian dikenal sebagai Jabal Tarig
(Gibraltar). Maroko menjadi wilayah penyangga untuk penaklukan Spanyol.
Maroko memang mempunyai peranan besar dalam sejarah Islam, terutama dalam menyebarkan Islam di wilayah Afrika Utara dan sebagai pintu gerbang masuknya Islam ke Spanyol (Andalusia), Eropa. Menara Masjid Kuttubiya di Marrakech diperkirakan di bangun oleh ahli bangunan Sevilla, Guever pada abad ke-12. Ekspansi Islam ke Maroko dimulai ketika negeri itu dimulai oleh Musa bin Nusair pada al Walid I bin Abdul Malik (705-715), khalifah keenam Dinasti Umayyah.
Segala persiapan ekspansi Islam ke daratan Eropa dilakukan melalui negeri ini. Setelah dinasti Umayyah jatuh ke tangan Dinasti Abbasiyah, Maroko menjadi kekuasaan Bani Abbasiyah. Kemudian di negeri ini muncul dinasti-dinasti kecil. Pada tahun 172 H/789M, Idris I bin Abdullah, salah seorang keturunan Ali RA dapat membentuk pemerintahan Idrisi, yang kemudian bertahan hingga tahun 364 H/974 M, dinasti Syiah yang pertama, sehingga merupakan tantangan bagi Khalifah Harun Ar Rasyid dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang bercorak Sunni.
Tahun 177 H. Idris I dibunuh oleh Sulaiman As Sammakh dengan racun. Naiklah Idris II yang dianggap pendiri sebenarnya Dinasti Idrisid. Pada masanya, Dinasti ini banyak mencapai kemajuan, terutama di bidang kebudayaan Islam. Ibu kota yang semula di Walila dipindahkan ke Fez. Tahun 213 H. Idris II meninggal.
Semua penggantinya lemah kecuali Yahya bin Muhammad dan Yahya IV. Di tangan Yahya IV, Dinasti Idrisid mencapai masa keemasannya. Tahun 364 H/974 M, Dinasti Fatimah yang berhaluan Syiah Ismailiyah merebut kekuasaan dari Yahya IV. Keberadaan masyarakat Maroko yang berhaluan Syiah meski bukan Syiah Ismailiyah, memudahkan jalan bagi Abdullah asy-Syi’i untuk mendirikan dinasti tersebut, dinasti yang menisbahkan namanya kepada cucu Nabi SAW.
Dinasti ini berkuasa sampai 1171 M. selama kekuasaannya, terdapat 14 orang imam yang memimpin Negara ini, diantaranya imam pertama Ubaidullah al Mahdi (909-934) dan Imam terakhir al Adid (1160-1171). Selanjutnya Maroko dikuasai oleh Dinasti al Murabitun dengan ibu kotanya Marrakech. Kekuasaannya meliputi seluruh Gurun Sahara, Afrika Barat Laut dan Spanyol. Kendati demikian, dinasti ini tetap mengakui kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan mendapat pengesahan gelar Amilir al Muslimin.
Pada abad ke-8 berdirilah beberapa pemerintahan Islam (Syi'ah) di Maroko yang memisahkan diri dari Kekhalifahan Abbasiyah seperti Bani Midrar (757) dan Bani Idrisiyah (788). Antara tahun 909-1171, Maroko dikuasai pemerintahan Fatimiyah (Syi'ah) yang berpusat di Mesir. Melemahnya kekuasaan Fatimiyah di Maroko membuat pamor Murabithun naik pada abad ke-11. Orang-orang Murabithun merupakan keturunan Barbar Sahara dari kabilah Lamtuma dengan semangat jihad yang unggul
Murabithun berasal dari kata 'Rabath' yaitu suatu kota dimana para keluarga Bani Murabithun belajar kepada Abdullah bin Yasin. Murabithun berhasil meraih puncak keemasannya pada masa pemerintahan Yusuf bin Tasyfin. Yusuf bin Tasyfin membangun ibukota Murabithun di Marrakesh dan menaklukkan Spanyol. Setelah wafatnya Yusuf bin Tasyfin, Murabithun mengalami kemunduran dan akhirnya dikuasai al-Muwahhidun pada tahun 1147
Pemerintahan Muwahhidun didirikan oleh Muhammad bin Tumart pada tahun 1120 untuk memisahkan diri dari Bani Murabithun yang pada masa itu mulai mengalami kemunduran. Bani Muwahhidun amat menjunjung amar ma'ruf nahi mungkar dan zuhud dalam kehidupan duniawi. Pada tahun 1147, Sultan Abdul Mu'min bin Ali meruntuhkan kekuasaan Murabithun yang saat itu lemah karena tak lagi taat kepada syari'at Islam dan menetapkan Marrakesh sebagai ibukota al-Muwahhidun. Bani al-Muwahhidun meraih masa keemasannya ketika Yaqub bin Yusuf memerintah negeri ini antara tahun 1184-1198
Ketika Yaqub bin Yusuf memerintah, al-Muwahhidun berhasil menguasai Andalusia pada tahun 1194 yang sempat lepas dari kekuasaan Islam ketika al-Murabithun melemah. Memasuki awal abad ke-12, al-Muwahhidun mengalami kemunduran hingga akhirnya dikuasai Bani Mariniyah pada tahun 1275
Bani Mariniyah mencapai masa kebesarannya ketika Yaqub bin Abdul Haq berkuasa. Yaqub bin Abdul Haq berjasa menundukkan kota-kota di Maroko di bawah pemerintahan Mariniyah dan menguasai al-Muwahhidun pada tahun 1275
Antara tahun 1470-1553, Maroko dikuasai Bani Watthas yang berpusat di Fez sampai akhirnya dikuasai al-Asyraf al-Sa'diyah pada awal abad ke-16. Al-Asyraf merupakan sebutan bagi keturunan Nabi SAW. melalui Hasan bin Ali dan merupakan salah satu kelompok yang berkuasa di Maroko. Pemerintahan al-Asyraf al-Sa'diyah didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad al-Qaim yang berjasa melawan orang-orang Nasrani
Kekhalifahan Turki Utsmaniyah pernah menguasai pemerintahan al-Asyraf al-Sa'diyah di Maroko antara tahun 961-978 H. Pemimpin al-Asyraf al-Sa'diyah di Maroko yang amat terkenal adalah Abu al-Abbas Ahmad al-Manshur (1578-1603). Sultan Abu al-Abbas Ahmad al-Manshur berjasa memperluas pemerintahan al-Asyraf al-Sa'diyah hingga Senegal dan menyebarkan Islam jauh ke sana. Pada tahun 1069, pemerintahan al-Asyraf al-Sa'diyah runtuh dan akhirnya digantikan al-Asyraf al-Alawiyin. Al-Asyraf al-Alawiyin didirikan oleh Muhammad bin Ali bin Yusuf al-Hasani al-Alawi yang menguasai Maghrib Jauh (Maghribil Aqsha'). Al-Asyraf al-Alawiyin merupakan penguasa Maroko sejak tahun 1631 sampai sekarang. Pemerintahan al-Asyraf al-Alawiyin sebelum penjajahan mencapai puncak kejayaannya pada masa berkuasanya Isma'il bin Muhammad dengan kekuasaannya mencakup Maroko hingga Sudan dan Sungai Nil
Marrakesh merupakan negeri yang tidak pernah dijajah oleh kaum imperialis Eropa maupun Kekhalifahan. Turki Utsmaniyah sampai datangnya Perancis dan Spanyol pada abad ke-20. Pada tahun 1911, Perancis menjajah Maroko ketika pemerintahan al-Asyraf al-Alawiyin diperintah raja-raja yang lemah dan tidak cakap memerintah. Penjajahan Perancis di Maroko tak pelak menimbulkan kesengsaraan sehingga muncul banyak revolusi rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan yang dipelopori Muhammad Abdul Karim al-Khitabi dengan semangat jihad yang tinggi untuk membela Islam di Maroko
Berkuasanya Sultan Muhammad V bin Yusuf di Maroko semakin meningkatkan intensitas perjuangan dimana sang sultan bersama rakyat dan partai politik menuntut kemerdekaan Maroko antara tahun 1953-1955. Sultan Muhammad V bin Yusuf merupakan pemimpin yang amat religius dan dicintai rakyatnya dan pada masanya. Maroko merdeka dari penjajahan Perancis pada tanggal 2 Maret 1956. Pada tahun 1961, Hassan II bin Muhammad dinobatkan sebagai raja Maroko menggantikan sang ayah. Pada masa bertahtanya Raja Hassan II, Maroko memainkan peranan yang dominan dalam Dunia Islam
Raja Hassan II merupakan figur pemimpin yang amat religius, bijaksana, dan cinta tanah air beserta kebudayaan lokal Maroko. Ketika berpidato pada acara Penutupan Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerjasama Islam (KTT OKI) pada tahun 1981 di Thaif, Arab Saudi, Raja Hassan II mengenakan pakaian tradisional Maroko dan menyitir ayat Al-Qur'an dan Hadis Nabi SAW. dengan fasih.
Pada tahun 1999, Raja Hassan II wafat dan digantikan oleh putranya, Muhammad VI bin Hassan. Maroko memiliki tradisi keilmuan Islam yang berkembang dengan pesat dari dulu hingga kini. Ulama Maroko terkemuka, Syaikh Muhammad al-Shonhaji (w. 723 H/1323 M) merupakan penulis kitab Matn al-Ajrumiyah yang mengulas mengenai ilmu tata bahasa Arab dan kini tidak ada pesantren di Indonesia yang tidak mempelajari kitab ini
Maroko memang mempunyai peranan besar dalam sejarah Islam, terutama dalam menyebarkan Islam di wilayah Afrika Utara dan sebagai pintu gerbang masuknya Islam ke Spanyol (Andalusia), Eropa. Menara Masjid Kuttubiya di Marrakech diperkirakan di bangun oleh ahli bangunan Sevilla, Guever pada abad ke-12. Ekspansi Islam ke Maroko dimulai ketika negeri itu dimulai oleh Musa bin Nusair pada al Walid I bin Abdul Malik (705-715), khalifah keenam Dinasti Umayyah.
Segala persiapan ekspansi Islam ke daratan Eropa dilakukan melalui negeri ini. Setelah dinasti Umayyah jatuh ke tangan Dinasti Abbasiyah, Maroko menjadi kekuasaan Bani Abbasiyah. Kemudian di negeri ini muncul dinasti-dinasti kecil. Pada tahun 172 H/789M, Idris I bin Abdullah, salah seorang keturunan Ali RA dapat membentuk pemerintahan Idrisi, yang kemudian bertahan hingga tahun 364 H/974 M, dinasti Syiah yang pertama, sehingga merupakan tantangan bagi Khalifah Harun Ar Rasyid dari Dinasti Abbasiyah di Baghdad yang bercorak Sunni.
Tahun 177 H. Idris I dibunuh oleh Sulaiman As Sammakh dengan racun. Naiklah Idris II yang dianggap pendiri sebenarnya Dinasti Idrisid. Pada masanya, Dinasti ini banyak mencapai kemajuan, terutama di bidang kebudayaan Islam. Ibu kota yang semula di Walila dipindahkan ke Fez. Tahun 213 H. Idris II meninggal.
Semua penggantinya lemah kecuali Yahya bin Muhammad dan Yahya IV. Di tangan Yahya IV, Dinasti Idrisid mencapai masa keemasannya. Tahun 364 H/974 M, Dinasti Fatimah yang berhaluan Syiah Ismailiyah merebut kekuasaan dari Yahya IV. Keberadaan masyarakat Maroko yang berhaluan Syiah meski bukan Syiah Ismailiyah, memudahkan jalan bagi Abdullah asy-Syi’i untuk mendirikan dinasti tersebut, dinasti yang menisbahkan namanya kepada cucu Nabi SAW.
Dinasti ini berkuasa sampai 1171 M. selama kekuasaannya, terdapat 14 orang imam yang memimpin Negara ini, diantaranya imam pertama Ubaidullah al Mahdi (909-934) dan Imam terakhir al Adid (1160-1171). Selanjutnya Maroko dikuasai oleh Dinasti al Murabitun dengan ibu kotanya Marrakech. Kekuasaannya meliputi seluruh Gurun Sahara, Afrika Barat Laut dan Spanyol. Kendati demikian, dinasti ini tetap mengakui kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad dan mendapat pengesahan gelar Amilir al Muslimin.
Pada abad ke-8 berdirilah beberapa pemerintahan Islam (Syi'ah) di Maroko yang memisahkan diri dari Kekhalifahan Abbasiyah seperti Bani Midrar (757) dan Bani Idrisiyah (788). Antara tahun 909-1171, Maroko dikuasai pemerintahan Fatimiyah (Syi'ah) yang berpusat di Mesir. Melemahnya kekuasaan Fatimiyah di Maroko membuat pamor Murabithun naik pada abad ke-11. Orang-orang Murabithun merupakan keturunan Barbar Sahara dari kabilah Lamtuma dengan semangat jihad yang unggul
Murabithun berasal dari kata 'Rabath' yaitu suatu kota dimana para keluarga Bani Murabithun belajar kepada Abdullah bin Yasin. Murabithun berhasil meraih puncak keemasannya pada masa pemerintahan Yusuf bin Tasyfin. Yusuf bin Tasyfin membangun ibukota Murabithun di Marrakesh dan menaklukkan Spanyol. Setelah wafatnya Yusuf bin Tasyfin, Murabithun mengalami kemunduran dan akhirnya dikuasai al-Muwahhidun pada tahun 1147
Pemerintahan Muwahhidun didirikan oleh Muhammad bin Tumart pada tahun 1120 untuk memisahkan diri dari Bani Murabithun yang pada masa itu mulai mengalami kemunduran. Bani Muwahhidun amat menjunjung amar ma'ruf nahi mungkar dan zuhud dalam kehidupan duniawi. Pada tahun 1147, Sultan Abdul Mu'min bin Ali meruntuhkan kekuasaan Murabithun yang saat itu lemah karena tak lagi taat kepada syari'at Islam dan menetapkan Marrakesh sebagai ibukota al-Muwahhidun. Bani al-Muwahhidun meraih masa keemasannya ketika Yaqub bin Yusuf memerintah negeri ini antara tahun 1184-1198
Ketika Yaqub bin Yusuf memerintah, al-Muwahhidun berhasil menguasai Andalusia pada tahun 1194 yang sempat lepas dari kekuasaan Islam ketika al-Murabithun melemah. Memasuki awal abad ke-12, al-Muwahhidun mengalami kemunduran hingga akhirnya dikuasai Bani Mariniyah pada tahun 1275
Bani Mariniyah mencapai masa kebesarannya ketika Yaqub bin Abdul Haq berkuasa. Yaqub bin Abdul Haq berjasa menundukkan kota-kota di Maroko di bawah pemerintahan Mariniyah dan menguasai al-Muwahhidun pada tahun 1275
Antara tahun 1470-1553, Maroko dikuasai Bani Watthas yang berpusat di Fez sampai akhirnya dikuasai al-Asyraf al-Sa'diyah pada awal abad ke-16. Al-Asyraf merupakan sebutan bagi keturunan Nabi SAW. melalui Hasan bin Ali dan merupakan salah satu kelompok yang berkuasa di Maroko. Pemerintahan al-Asyraf al-Sa'diyah didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad al-Qaim yang berjasa melawan orang-orang Nasrani
Kekhalifahan Turki Utsmaniyah pernah menguasai pemerintahan al-Asyraf al-Sa'diyah di Maroko antara tahun 961-978 H. Pemimpin al-Asyraf al-Sa'diyah di Maroko yang amat terkenal adalah Abu al-Abbas Ahmad al-Manshur (1578-1603). Sultan Abu al-Abbas Ahmad al-Manshur berjasa memperluas pemerintahan al-Asyraf al-Sa'diyah hingga Senegal dan menyebarkan Islam jauh ke sana. Pada tahun 1069, pemerintahan al-Asyraf al-Sa'diyah runtuh dan akhirnya digantikan al-Asyraf al-Alawiyin. Al-Asyraf al-Alawiyin didirikan oleh Muhammad bin Ali bin Yusuf al-Hasani al-Alawi yang menguasai Maghrib Jauh (Maghribil Aqsha'). Al-Asyraf al-Alawiyin merupakan penguasa Maroko sejak tahun 1631 sampai sekarang. Pemerintahan al-Asyraf al-Alawiyin sebelum penjajahan mencapai puncak kejayaannya pada masa berkuasanya Isma'il bin Muhammad dengan kekuasaannya mencakup Maroko hingga Sudan dan Sungai Nil
Marrakesh merupakan negeri yang tidak pernah dijajah oleh kaum imperialis Eropa maupun Kekhalifahan. Turki Utsmaniyah sampai datangnya Perancis dan Spanyol pada abad ke-20. Pada tahun 1911, Perancis menjajah Maroko ketika pemerintahan al-Asyraf al-Alawiyin diperintah raja-raja yang lemah dan tidak cakap memerintah. Penjajahan Perancis di Maroko tak pelak menimbulkan kesengsaraan sehingga muncul banyak revolusi rakyat untuk memperjuangkan kemerdekaan yang dipelopori Muhammad Abdul Karim al-Khitabi dengan semangat jihad yang tinggi untuk membela Islam di Maroko
Berkuasanya Sultan Muhammad V bin Yusuf di Maroko semakin meningkatkan intensitas perjuangan dimana sang sultan bersama rakyat dan partai politik menuntut kemerdekaan Maroko antara tahun 1953-1955. Sultan Muhammad V bin Yusuf merupakan pemimpin yang amat religius dan dicintai rakyatnya dan pada masanya. Maroko merdeka dari penjajahan Perancis pada tanggal 2 Maret 1956. Pada tahun 1961, Hassan II bin Muhammad dinobatkan sebagai raja Maroko menggantikan sang ayah. Pada masa bertahtanya Raja Hassan II, Maroko memainkan peranan yang dominan dalam Dunia Islam
Raja Hassan II merupakan figur pemimpin yang amat religius, bijaksana, dan cinta tanah air beserta kebudayaan lokal Maroko. Ketika berpidato pada acara Penutupan Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerjasama Islam (KTT OKI) pada tahun 1981 di Thaif, Arab Saudi, Raja Hassan II mengenakan pakaian tradisional Maroko dan menyitir ayat Al-Qur'an dan Hadis Nabi SAW. dengan fasih.
Pada tahun 1999, Raja Hassan II wafat dan digantikan oleh putranya, Muhammad VI bin Hassan. Maroko memiliki tradisi keilmuan Islam yang berkembang dengan pesat dari dulu hingga kini. Ulama Maroko terkemuka, Syaikh Muhammad al-Shonhaji (w. 723 H/1323 M) merupakan penulis kitab Matn al-Ajrumiyah yang mengulas mengenai ilmu tata bahasa Arab dan kini tidak ada pesantren di Indonesia yang tidak mempelajari kitab ini
source : mediashafira.com
hanamaurin.blogspot.com
Tidak ada komentar: