Emas Seas Games Maroko yang tertunda
Setelah berbulan-bulan di marrakech merasakan panas terik matahari yang sangat menyengat, akhirnya saya memutuskan untuk berlibur ke ibu kota yakni Rabat. Bukan sekedar liburan yang cuma-cuma tapi juga silaturahmi bersama rekan-rekan PPI Maroko.Selain itu pada tahun ini akan diselenggarakan even besar yang bernama SEAS GAMES (south east ASEAN Nation Students Games),yaitu kejuaraan olahraga dan seni antar pelajar ASEAN (Association South East Asian Nation) yang sedang menimbah ilmu di Maroko.
Even yang dilaksanakan dua tahun sekali ini dipusatkan di kota Rabat. Alhamdulillah, saya ditunjuk untuk menjadi wakil Indonesia di cabang tenis meja nomor tunggal dan ganda sekaligus. Wah, nama Indonesia nya itu lho, tidak terbayang sebelumnya akan mewakili Indonesia di ajang bergengsi ini. Memakai kostum Indonesia di punggung dan garuda di dada.
Membanggakan sekaligus haru. Bagaimana tidak, belum genap usia saya setahun di luar negeri sudah bisa mengatasnamakan Indonesia di ajang sekaliber ini. Tapi bangga itu tak harus lama dan mendalam di hati ini, karena jika terlalu lama akan timbul mental yang sombong dan gampang meremehkan orang lain.
Baiklah, di nomor tunggal, setelah melakoni beberapa partai yang sengit akhirnya saya menjadi juara grup, dan berhak melaju ke semifinal. Di babak semifinal ini saya dipertemukan dengan wakil dari Malaysia. Ya, tetangga sekaligus musuh bebuyutan kita dalam berbagai ajang olahraga. Apalagi, orang yang akan menjadi lawan saya ini adalah juara tahun lalu, dan kata teman-temannya dia sering mewakili negerinya (provinsi jika Indonesia) di berbagai kompetisi.
Hal itu, tak akan menggoyahkan semangat saya. Akhirnya dengan penuh kekuatan, saya mengalahkannya dengan skor besar 3-2. Sangat dramatis kemenangan itu, karna kami selalu bersaing di poin-poin akhir. Deg-degan luar biasa. Apalagi teman-teman yang menonton lumayan banyak. Beradu yel-yel dengan suporter kubu Malaysia. Setelah saya memastikan satu tiket ke final, saking senangnya, teman-teman memeluk dan mengangkat saya.
Di babak final, keberuntungan tidak berpihak kepada saya, lawan saya lagi-lagi Malaysia, perlu diketahui setiap Negara itu mengutus 2 orang wakilnya di setiap cabang perlombaan. Ketika di babak final ini saya dibungkam dengan skor besar 0-3. Sebenarnya di babak ketiga saya sempat unggul dan akhirnya kalah dengan sangat tipis. Padahal, teman-teman Indonesia banyak yang menonton dan ditambah pak dubes (duta besar) Indonesia untuk Maroko bapak Endang Dwi syamsuri yang turut memberikan dukungannya ke lapangan ketika saya bertanding. Alhasil, saya hanya bisa menyumbang 1 medali perak. Maaf, saya belum memberikan yang terbaik untuk nama Indonesia. Sedih rasanya.
Sedangkan di nomor ganda atau double, saya bersama teman yang berasal dari Sulawesi barat, ya begitulah walau beda suku, daerah jauh antara Sumatera dan Sulawesi tapi kami di satukan dengan nama Indonesia. Sayangnya, kami hanya bisa meraih medali perunggu alias juara 3, setelah lagi-lagi mengalahkan wakil dari Malaysia.
Even yang dilaksanakan dua tahun sekali ini dipusatkan di kota Rabat. Alhamdulillah, saya ditunjuk untuk menjadi wakil Indonesia di cabang tenis meja nomor tunggal dan ganda sekaligus. Wah, nama Indonesia nya itu lho, tidak terbayang sebelumnya akan mewakili Indonesia di ajang bergengsi ini. Memakai kostum Indonesia di punggung dan garuda di dada.
Membanggakan sekaligus haru. Bagaimana tidak, belum genap usia saya setahun di luar negeri sudah bisa mengatasnamakan Indonesia di ajang sekaliber ini. Tapi bangga itu tak harus lama dan mendalam di hati ini, karena jika terlalu lama akan timbul mental yang sombong dan gampang meremehkan orang lain.
Baiklah, di nomor tunggal, setelah melakoni beberapa partai yang sengit akhirnya saya menjadi juara grup, dan berhak melaju ke semifinal. Di babak semifinal ini saya dipertemukan dengan wakil dari Malaysia. Ya, tetangga sekaligus musuh bebuyutan kita dalam berbagai ajang olahraga. Apalagi, orang yang akan menjadi lawan saya ini adalah juara tahun lalu, dan kata teman-temannya dia sering mewakili negerinya (provinsi jika Indonesia) di berbagai kompetisi.
Hal itu, tak akan menggoyahkan semangat saya. Akhirnya dengan penuh kekuatan, saya mengalahkannya dengan skor besar 3-2. Sangat dramatis kemenangan itu, karna kami selalu bersaing di poin-poin akhir. Deg-degan luar biasa. Apalagi teman-teman yang menonton lumayan banyak. Beradu yel-yel dengan suporter kubu Malaysia. Setelah saya memastikan satu tiket ke final, saking senangnya, teman-teman memeluk dan mengangkat saya.
Di babak final, keberuntungan tidak berpihak kepada saya, lawan saya lagi-lagi Malaysia, perlu diketahui setiap Negara itu mengutus 2 orang wakilnya di setiap cabang perlombaan. Ketika di babak final ini saya dibungkam dengan skor besar 0-3. Sebenarnya di babak ketiga saya sempat unggul dan akhirnya kalah dengan sangat tipis. Padahal, teman-teman Indonesia banyak yang menonton dan ditambah pak dubes (duta besar) Indonesia untuk Maroko bapak Endang Dwi syamsuri yang turut memberikan dukungannya ke lapangan ketika saya bertanding. Alhasil, saya hanya bisa menyumbang 1 medali perak. Maaf, saya belum memberikan yang terbaik untuk nama Indonesia. Sedih rasanya.
Sedangkan di nomor ganda atau double, saya bersama teman yang berasal dari Sulawesi barat, ya begitulah walau beda suku, daerah jauh antara Sumatera dan Sulawesi tapi kami di satukan dengan nama Indonesia. Sayangnya, kami hanya bisa meraih medali perunggu alias juara 3, setelah lagi-lagi mengalahkan wakil dari Malaysia.
Tidak ada komentar: