Maghrib itu
Setelah berjama’ah maghrib di masjid, kali ini ada yang berbeda. Seseorang menghampiri dan berkata kepada saya
Penanya :“bolehkah saya bertanya beberapa hal kepadamu? “,
Saya : “ya silahkan tentu saja boleh”.
Penanya : “Dari Negara mana asalmu?”
Saya : “Indonesia”,
Penanya : “dalam rangka kamu datang ke maghrib (Maroko)?”
Saya : “saya berkuliah di sini”
Penanya :”kenapa kamu lebih memilih maghrib dibandingkan negaramu sendiri ataupun negara-negara lainnya? “
Saya : “karena saya ingin memperdalam bahasa Arab saya, dan ilmu pengetahuan keislaman saya di sini” karena di Indonesia kami sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia bukan Arab. Sedangkan Sumber referensi kitab-kitab agama islam semuanya berbahasa Arab.”
Penanya :”lalu kenapa kamu memilih Maroko ketimbang Negara-negara Arab lainnya? “
Saya : “karena menurut saya, sejauh ini Maroko termasuk Negara Arab yang paling aman, sebab banyak negara-negara arab sekarang ini dilanda konflik, maupun perang. Seperti perang saudara ataupun negara-negara luar. Dan Maroko, banyak karya ulama-ulamanya dijadikan referensi islam moderat. Maksudnya menggabungkan agama sebagai yang utama dan unsur kultural budaya. “
Penanya :”oh begitu Bagus alasanmu.” Lalu apa pendapatmu tentang islam di Maroko? “
Saya :”ya saya berpendapat baik, orang-orang sangat antusias dalam beribadah.
Penanya :”lalu apa tantanganmu selama di sini? “
Saya :”salah satunya adalah wanita-wanita maroko banyak sekali yang tabarruj (sangat terbuka auratnya) padahal kalian memegang Teguh prinsip islam, dan menjaga kehormatan wanita. Sehingga perlu usaha yang besar untuk menundukkan mata dan pandangan di sini”.
Penanya : (mulai tersenyum) ya begitulah saudaraku, islam dan Muslim itu berbeda. Islam itu 100% baik secara menyeluruh, tetapi beda dengan muslim. Muslim ada yang baik dan ada pula yamg tidak baik, mungkin wanita-wanita yang kamu lihat itu beberapa contoh muslimah yang tidak baik. Tetapi jangan lupa, juga banyak muslimah yang baik dengan menutup seluruh tubuhnya. Saya punya teman orang eropa, dan dia muallaf. Beberapa waktu dia menyandang predikat seorang muslim, dia mengeluh bahwa banyak muslim yang tidak baik dan tidak menjalankan perintah tuhannya. Lalu dia bilang”untung saja saya lebih dahulu mengenal islam daripada muslim itu sendiri”
Kemudian setelah percakapan itu dia pun pergi. Namun sesal saya lupa menamakan namanya, sehingga percakapan di atas saya buat sebagai “penanya”. Ya ini sebuah pelajaran bagi saya. Memang benar perkataan bahwa guru itu tidak hanya di sekolah tetapi setiap kita berbicara lawan kita bicara ini bisa jadi guru bagi kita.
Begitulah memang realita kehidupan beragama islam kita saat ini. Banyak orang yang mengaku islam tapi tidak menjalankan sholat puasa dan perintah lainnya, malah membuat kemungkaran sehingga mencoreng nama islam itu sendiri. Banyak yang islam tapi hanya di identitas administrasi saja. Bukan islam secara menyeluruh pada dirinya. Pertanyaannya, pada di posisi manakah kita sekarang? Islam ktp atau islam menyeluruh pada diri kita? Tanyakan ke lubuk hati yang paling dalam.
Penanya :“bolehkah saya bertanya beberapa hal kepadamu? “,
Saya : “ya silahkan tentu saja boleh”.
Penanya : “Dari Negara mana asalmu?”
Saya : “Indonesia”,
Penanya : “dalam rangka kamu datang ke maghrib (Maroko)?”
Saya : “saya berkuliah di sini”
Penanya :”kenapa kamu lebih memilih maghrib dibandingkan negaramu sendiri ataupun negara-negara lainnya? “
Saya : “karena saya ingin memperdalam bahasa Arab saya, dan ilmu pengetahuan keislaman saya di sini” karena di Indonesia kami sehari-hari menggunakan bahasa Indonesia bukan Arab. Sedangkan Sumber referensi kitab-kitab agama islam semuanya berbahasa Arab.”
Penanya :”lalu kenapa kamu memilih Maroko ketimbang Negara-negara Arab lainnya? “
Saya : “karena menurut saya, sejauh ini Maroko termasuk Negara Arab yang paling aman, sebab banyak negara-negara arab sekarang ini dilanda konflik, maupun perang. Seperti perang saudara ataupun negara-negara luar. Dan Maroko, banyak karya ulama-ulamanya dijadikan referensi islam moderat. Maksudnya menggabungkan agama sebagai yang utama dan unsur kultural budaya. “
Penanya :”oh begitu Bagus alasanmu.” Lalu apa pendapatmu tentang islam di Maroko? “
Saya :”ya saya berpendapat baik, orang-orang sangat antusias dalam beribadah.
Penanya :”lalu apa tantanganmu selama di sini? “
Saya :”salah satunya adalah wanita-wanita maroko banyak sekali yang tabarruj (sangat terbuka auratnya) padahal kalian memegang Teguh prinsip islam, dan menjaga kehormatan wanita. Sehingga perlu usaha yang besar untuk menundukkan mata dan pandangan di sini”.
Penanya : (mulai tersenyum) ya begitulah saudaraku, islam dan Muslim itu berbeda. Islam itu 100% baik secara menyeluruh, tetapi beda dengan muslim. Muslim ada yang baik dan ada pula yamg tidak baik, mungkin wanita-wanita yang kamu lihat itu beberapa contoh muslimah yang tidak baik. Tetapi jangan lupa, juga banyak muslimah yang baik dengan menutup seluruh tubuhnya. Saya punya teman orang eropa, dan dia muallaf. Beberapa waktu dia menyandang predikat seorang muslim, dia mengeluh bahwa banyak muslim yang tidak baik dan tidak menjalankan perintah tuhannya. Lalu dia bilang”untung saja saya lebih dahulu mengenal islam daripada muslim itu sendiri”
Kemudian setelah percakapan itu dia pun pergi. Namun sesal saya lupa menamakan namanya, sehingga percakapan di atas saya buat sebagai “penanya”. Ya ini sebuah pelajaran bagi saya. Memang benar perkataan bahwa guru itu tidak hanya di sekolah tetapi setiap kita berbicara lawan kita bicara ini bisa jadi guru bagi kita.
Begitulah memang realita kehidupan beragama islam kita saat ini. Banyak orang yang mengaku islam tapi tidak menjalankan sholat puasa dan perintah lainnya, malah membuat kemungkaran sehingga mencoreng nama islam itu sendiri. Banyak yang islam tapi hanya di identitas administrasi saja. Bukan islam secara menyeluruh pada dirinya. Pertanyaannya, pada di posisi manakah kita sekarang? Islam ktp atau islam menyeluruh pada diri kita? Tanyakan ke lubuk hati yang paling dalam.
Tidak ada komentar: