Ekspedisi Maroko dan Andalusia, Part I
Islam adalah agama fitrah. Agama
yang seharusnya menjadi pengakuan semua umat manusia. Islam di zaman Rasulullah
tumbuh pesat di kota Madinah lalu Mekah. Madinah Al Munawwarah lah yang menjadi
ibu kota dan pusat pemerintahan islam petama kali.
Setelah Rasulullah wafat, tampuk kepemimpinan
dilanjutkan oleh pemimpin-pemimpin yang cerdas atau lebih dikenal dengan khulafaur
Rasyidin, Abu Bakar Ash-shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, dan
Ali bin Thalib.
sumber gambar : google |
Utsman bin Affan adalah khalifah yang paling lama berkuasa dibandingkan
ketiga khalifah lainnya. Pada masa beliaulah kaum muslimin banyak melakukan
penaklukkan ke berbagai kota segala penjuru dunia.
Salah satu yang paling terkenal, ekspedisi pasukan islam di bawah panglima Uqbah
bin Nafi’ yang menaklukkan wilayah-wlayah Afrika Utara. Libya, Tunisia,
Aljazair, hingga sampai ke Maroko, atau lebih dikenal dengan sebutan maghribil
Aqsho.
Seperti yang telah tercatat dalam
sejarah, islam dalam perjalanannya memiliki banyak sosok panglima perang yang
tangguh, mulai di zaman rasulullah, zaman khulafaur rasyidin, sampai
zaman-zaman dinasti monarki islam setelahnya.
Uqbah bin Nafi’ namanya, sosok panglima tangguh yang ditunjuk oleh Utsman
bin Afffan untuk menaklukkan berbagai daerah maghrib (barat). Dengan ketangkasannya
dalam memimpin pasukan, akhirnya ekspedisi penaklukan sampai ke ujung barat
Afrika utara, yakni daerah Maroko saat ini pada tahun 22 H.
Namun timbul pertanyaan, bukankah yang menaklukkan daerah Aljazair dan
Maroko adalah Musa bin Nusahair pada zaman dinasti Umayyah?
Setelah diteliti oleh ahli sejarah, ternyata penaklukkan yang dilakukan
oleh panglima Uqbah bin Nafi’ itu tidak kokoh, masih banyak kerapuhan. Salah
satu sebabnya, penaklukkan hanya dilakukan sekilas atau sekali jalan saja dan
tidak banyak dilakukan pembelajaran tentang islam lebih dalam. Hingga
setelahnya, banyak penduduk yang tadinya sudah masuk islam akhirnya kembali
dalam kemurtadan dan kekafiran.
Mulailah pada zaman khalifah dinasti Umayyah, yakni Al-Walid bin Abdul
malik mengupdate ulang penaklukkan ke daerah maghrib tersebut. Khalifah
menunjuk Musa bin Nushair menjadi gubernur Afrika Utara yang berpusat di
kauiruan (Tunisia saat ini) dan memerintahkannya juga untuk memimpin pasukan
dalam menaklukkan maghrib untuk kali kedua pada tahun 85 H.
Kesalahan yang sama tak mungkin diulang, hanya orang bodoh saja yang jatuh
di lubang yang sama. Atas dasar itu, pasukan Musa bin Nushair banyak disertai kalangan pendakwah di dalamnya.
Sehingga ketika penaklukkan ke Maghrib berhasil, ulama-ulama ini ditugaskan
untuk menanamkan nilai-nilai islam yang lebih dalam kepada penduduk yang mau
memeluk islam.
Bangsa Amazigh
Amazigh adalah suku asli penduduk Afrika utara, khususnya Maroko. Amazigh
juga dikenal dengan nama suku berber. Budaya yang keras dengan bahasa yang sulit dipahami adalah ciri
khas mereka. Karena keras mereka itulah, ajaran islam keluar masuk dalam hati
mereka saat itu, sehingga penaklukan yang tadinya sudah dilakukan oleh Uqbah
bin Nafi’ pada zaman Utsman bin Affan menjadi rapuh, dan mengharuskan
penaklukan ulang pada zaman khalifah Al Walid bin Abdul Malik.
Musa bin Nushair bertemu dengan salah
seorang yang nantinya akan menjadi panglima utama penaklukan Andalusia, ya,
beliaulah Thoriq bin Ziyad. Beliau adalah orang Amazigh asli yang bisa berbahasa arab sekaligus Bahasa
Amazigh. Thoriq ditunjuk oleh gubernur Musa bin Nushair itu menjadi komandan
ekspedisi Andalusia.
Halaman Selanjutnya
Tidak ada komentar: