Indonesia, Panglima Kebangkitan Islam di Dunia
Prospektif masjid pengaruhi umat lain |
Sebut saja masa keemasan dinasti
Abbasiyah yang berpusat di Baghdad. Berbagai macam disiplin ilmu berikut dengan
ahli-ahlinya tersebar pada masa itu. Matematika dengan tokohnya Al-khawarizmi,
Astronomi dengan tokohnya Jabir Al Batani, ilmu filsafat dengan tokohnya Al
kindi dan Al farabi, ilmu kedokteran dengan tokohnya Ibnu Sina.
Selanjutnya masa keemasan intelektual umat islam di Andalusia, yakni
Spanyol dan portugal saat ini. Ilmu kimia dengan tokohnya Abbas bin Firnas,
ilmu fisika dengan tokohnya Ibnu Bajjah, Ilmu Geografi dengan tokohnya Al idrisi, ilmu sejarah degan
tokohnya Ibnu Khaldun, dan masih banyak lagi disiplin ilmu yang benar benar
ditelurkan pada dua masa keemasan islam ini.
Namun sayang, usai berabad-abad lamanya, kekuasaan dua wilayah besar islam
ini pun jatuh dan berhasil ditaklukkan oleh pasukan kafir. Setelahnya nama
agama islam seolah semakin terpuruk. Bangsa-bangsa agama lain berusaha sekuat
tenaga mengelabui sejarah. Mengaburkan opini, dan menyelewengkan ilmu
pengetahuan seakan-akan islam tidak pernah berjaya, tidak pernah maju dalam
bidang akademik, islam adalah agama yang kolot dan selalu terkebelakang,
anggapan mereka.
Namun belakangan ini, tanda-tanda kebangkitan islam sedikit demi sedikit
mulai kelihatan. Khususnya di Indonesia, negara berpenduduk muslim terbanayak
di muka bumi sudah membuktikan gaung-gaung “islam bangkit” dan “islam kembali jaya”.
Umat islam Indonesia yang memiliki khas kelembutan, rasional, dan moderat ini digadang-gadang
menjadi promotor dari kebangkitan islam di seantero dunia. Bukan dari tanah
Arab, bukan dari tanah Afrika utara,dan bukan pula dari tanah Syam.
Fenomena banyaknya umat islam Indonesia yang sadar akan identitas
keislamannya akhir-akhir ini seolah sudah menjadi tren dan gaya khas tersendiri.
Misalnya, animo masayarakat yang tinggi untuk datang ke pengajian, tabligh akbar,
dan nadwah. Betapa banyak masjid-masjid yang membuat kajian rutin perminggu,
pertiga hari, perhari, bahkan tiga kali dalam sehari.
Selanjutnya fenomena semakin banyaknya da’i-da’i populer lagi berilmu yang
digandrungi oleh masyarakat terutama oleh anak muda. Sebut saja, Ustad Abdul
Somad, Ustad Adi Hidayat, Ustad Bahtiar Nasir, Habib Riziq Shihab, Aa Gym, ustad
Arifin Ilham, dan masih banyak lainnya. Lalu kyai-kyai pondok pesantren tradisional
dan modern yang memiliki jumlah pasukan intelektual religius yang tak
terbilang.
Jika dibandingkan dengan negara lain, Turki misalnya. Masih banyak anak
muda mereka yang masih tenggelam dalam lumuran sekularisme. Masjid-masjid besar
namun jama’ah sholat sangat sedikit dan didominasi oleh kalangan berumur. Kajian-kajian
rutin dan da’i populer pun tidak terlalu kelihatan di negara republik ini. Bukan
berarti di sana tidak ada semacam pondok pesantren. Ada, namun seolah mereka
berada jauh dari masyarakat, pakaian berbeda, gaya bicara berbeda, gaya bergaul
pun juga berbeda sehinnga tidak tersentuh langsung dengan masyarakat.
Maroko misalnya, negara kerajaan ini memang negara arab, namun
pengaruh-pengaruh barat juga semakin merongrong kehidupan masyarakat. Walau mayoritas
masjid-masjid banyak yang terisi, tetapi kegiatan di luar masjid juga tak
terbendung. Masjid samping rumah saya misalnya. Tidak jauh sekitar 200 langkah
kaki dari rumah, setiap ke masjid pasti saya melewati sebuah aula. Terkadang dipakai
kegiatan olahraga dan kadang juga kegiatan musik.
Sering kali azan dan iqomah
maghrib beradu bunyi dengan permusikan di sana, bahkan musik mereka lebih kuat
dan mendominasi langit. Sementara di sisi luar masjid yang lain, iqomah sholat
maghrib sudah berkumandang namun remaja- remaji masih berkeliaran di sekitaran
masjid. Pedidikan agama usia dini juga sangat minim di sini. Anak sekolah
berpuasa pada bulan ramadhan juga hampir jarang ditemukan.
Lagi-lagi saya bangga dengan islam di Indonesia. Betapa naiknya animo
kesadaran masyarakat untuk datang ke masjid, serta mendengarkan kajian, kajian yang baik dan
benar, bukan kajian yang menyeleweng tentunya. Step by step yang penting
pasti. Betapa tingginya penghormatan orang kepada Azan dan Iqomah. Dan betapa banyaknya
pendidikan agama kepada anak usia dini. Kelihatan sangat sepele, namun dari hal
fundamental inilah segalanya berawal.
Setelahnya barulah menimbang faktor pendukung, bahwa Indonesia negara
dengan jumlah peduduk terbesar ke-4 dan penduduk Islam terbanyak sedunia. Letak
Indonesia yang strategis dalam geopolitik internasional, serta sumber daya Alam
Indonesia yang begitu melimpah.
Maka tidak lebay saya rasa, tokoh-tokoh islam yang menggaungkan “kejayaan
islam dunia akan datang dan dimulai dari indonesia”.
kalau saya sih yes
BalasHapus