Pendahuluan Qiro'at As sab'ah
Qiroat sab’ah. Ya ini judul yang
akan kita bahas kali ini. Kenapa qiroat sab’ah? Karena qiro’at sab’ah adalah salah satu mata kuliah yang saya pelajari di semester tiga ini, tapi kalau
orang Maroko sih bilangnya Fashlus Tsalis atau kelas tiga. Mata kuliah ini
merata di ajarkan seluruh universitas negeri yang berjurusan dirosat Islamiyah
di seluruh Maroko ini. Termasuk universitas saya tentunya. Universitas Caddi
Ayyad, itu ejaan perancisnya sementara universitas qodhi iyyad ejaan arabnya.
Eh tunggu dulu, baru-baru ini almamaterku ini dinobatkan sebagai universitas
terbaik se Maroko versi ajalah times, sedikit berbangga tentunya, hehe.
Kembali ke topik. Sebenarnya mata
kuliah ini bukan bernama qiroat sab’ah sih, lebih tepatnya qiroat qur’aniyah.
Dengan jamak di kata qiroatnya, yang berarti bacaan-bacaan Al-qur’an. Wah
ternyata bacaan Al-qur’an itu tidak satu ya? Kok bisa banyak? Terus selama ini
saya baca Al qur’an baca qiroat yang mana? Sekiranya begitulah pertanyaan kita
semua.
Kenapa kemudian saya tertarik
membahas tentang ini ? salah satunya karena mata kuliah ini yang paling membuat
saya tertarik, dibandingkan lima mata kuliah yang saya ambil di semester ini.
Dosennya pun juga seorang yang profesional di bidang ini, ustadz duktur Taufiq
Abqori namanya. Beliau sering diundang menjadi juri MTQ internasional di cabang
qiroat sab’ah ini. Di dalam kelas beliau menjelaskan dengan gamblang walau
sesekali berkomunikasi dengan arab Amiyah marokonya. Beliau jadikan kitab
harzul amaani wa wajhut tahini atau yang lebih masyhur dengan matan Asy
Syatibyah sebagai pegangan dalam pengajarannya.
Kitab Matan As-Syatibiyah ini
memiliki keunikan dibanding matan atau qosidah-qosidah lainnya. Imam Syatibi
rahimahullah memberikan rumus-rumus para imam Ahli qiroat dalam matan tersebut
supaya memudahkan dalam penggunaannya.
Sebenarnya imam Ahli qiroat itu ada
berapa? Imam ahli qiroat itu sesungguhnya banyak, ada imam yang tujuh, ada imam
yang sepuluh, ada yang belasan bahkan puluhan. Tetapi ada tujuh yang utama di
antara mereka. Ada imam Nafi’, Abu Amar, Ibnu Amir, Hamzah , Al kisa’i, Ibnu
katsir, dan Ashim, dan setiap imam memiliki dua murid yang terkenal. Bukan
berarti murid mereka hanya berdua, tetapi di antara murid-murid mereka itu, ada
2 murid yang terkemuka kecerdasannya. Jadilah riwayat qiroat sab’ah itu empat
belas. Jadi kalau digabung ,ada tujuh qiroat, dan empat belas riwayat, dua
puluh satu totalnya.
Kemudian, apakah semua riwayat itu
masih tetap eksis sampai sekarang ? jawabannya iya, masih tetap konsisten.
Walau tidak secara merata. Kita mengenal riwayat yang paling masyhur sedunia
sekarang adalah qiroat hafash ‘an Ashim. Yakni qiroat yang dipakai imam hafash
yang sebagian besar ia pelajari dari imam Ashim. Di beberapa pondok tahfiz
qur’an masih menggunakan mazhab imam qiroat yang berbeda-beda. Di Arab Saudi,
Mesir, bahkan Indonesia juga memakai riwayat qiroat ini. Di masjidil haram
misalnya, kita sering mendengar murottal imam-imam masjidil haram yaitu dengan
bacaan hafsh dari gurunya Ashim. Begitu juga dengan masjid Nabawi. Tak lupa
juga dengan negara tercinta Indonesia, mayoritas seluruh imam masjid memakai
riwayat qiroat ini.
Tetapi tak kalah eksis, qiroat imam
nafi’ misalnya. Imam nafi’ memiliki dua orang murid yang meriwayatkan qiroat
darinya, yakni imam qolun dan imam warsy. Riwayat qolun ini masih dipakai oleh
sebagian besar imam dan qori-qori di negara Tunisia. Kemudian riwayat Warsy
yang masih dipakai juga oleh sebagian besar imam dan qori-qori di negara
Maroko, Sudan, Al jazair, dan negara lainnya.
Wah ternyata tidak fiqih saja yang
bermazhab, tetapi qiroat juga bermazhab. Sekiranya beginilah pendahuluan
tentang qiroat qur’aniyah ini yang akan saya bahas lebih lanjut di
tulisan-tulisan berikutnya.
Tidak ada komentar: