Ribut dan Pengemis Cantik
Malam ini tepat setelah sholat isya di masjid wihdah robi’ah saya mendapati 2 fenomena unik, bukan unik banget juga sih, tapi bertepatannya itu buat saya tertarik menulis hal tersebut. Biasanya saya sholat di masjid masiroh dekat rumah, tetapi sebab masjid itu renovasi selama 2 bulan maka selama itu pula masjid akan tutup, terpaksa saya sholat di masjid lain.
Setelah sholat yang diselesaikan oleh Imam dengan salam, berzikir sejenak, tiba-tiba ada sedikit keributan terjadi di shaf ketiga sisi kanan masjid. Saya tidak tau tepatnya permasalahan apa yang terjadi ketika itu. Ada asap pasti ada api. Tapi apinya itu yang malas saya cari tahu, karena memang mereka ribut dengan bahasa arab amiyah sekali, sehingga saya tidak paham dibuatnya. Ya sudahlah urusan mereka, tegur hati saya.
Sebenarnya kasus percekcokan di dalam masjid ini tidak sekali ini saja saya lihat, di lain kesempatan saya pernah lihat seorang muadzin terlihat bersitegang dengan seorang jama’ah, hebatnya di shaf pertama. Kejadian itu saya lihat ketika setelah sholat maghrib bubar. Saya amati mereka berdua terlihat memperebutkan sebuah bantal, perlu diketahui bahwa kebanyakan masjid di Maroko ini menyediakan bantal untuk musim dingin. Bantal ini berguna sebagai alas kaki ketika sholat ataupun alas ketika bersandar, agar punggung tidak langsung menyentuh ke dinding yang dingin.
Di lain kasus saya pernah melihat dua orang jama’ah terlihat berseteru sebab memperebutkan shaf yang lebih depan, hebatnya mereka berseteru ketika iqomah sedang dikumandangkan. Sesederhana itu penyebab mereka berseteru. Itu baru di masjid, tempat yang paling mulia, belum lagi perseteruan di jalan, terminal, warung, transportasi umum dan banyak lainnya lagi. Kalau di masjid saja mereka begitu apalagi di tempat lain, pasti lebih banyak, dan lebih parah.
Sungguh arab Padang pasir, jiwa panas, emosi membara. Saking seringnya melihat orang kelahi, bahkan kakak kelas saya berkata “kalau kamu tidak lagi melihat orang Maroko berkelahi, berarti kamu tidak lagi di Maroko, artinya kamu sudah pulang ke Indonesia” sambil bercanda. Lumayan kalimat yang hebat lagi melekatkan di pikiran saya.
Tapi tunggu dulu, jangan ambil kesimpulan sampai di situ saja. Kebanyakan orang yang sudah berkelahi di Maroko ini pasti ujung-ujungnya damai. Bahkan tak jarang saya lihat awalnya mereka bersitegang keras, pada akhirnya mereka saling memaafkan, tertawa bersama, bahkan sambil berpelukan erat.
Di balik kerasnya orang-orang Arab, mereka punya hati yang lembut. Kata anak-anak sekarang “muka preman hati hello kitty”.mungkin bisa disematkan kepada sebagian orang Arab. Tapi jangan dikira hello kitty semua. Mungkin ada juga “muka preman hati orochimaru”, hehe.
Selesai melaksanakan urusan saya di masjid, ketika itupun saya keluar dan ingin pulang. Tiba-tiba di pintu masjid ada seorang wanita cantik sedang berdiri mengemis uang kepada jama’ah yang keluar. Pengemis ini mengucapkan “fi sabilillah” beberapa kali. Tetapi yang menjadi perhatian saya bukan cara menyemisnya, melainkan paras wanita tersebut yang cantik,, manis, putih, dan mengenakan pakaian lengkap. Saya lihat tidak ada yang kurang pada dirinya.
Sebenarnya pengemis bukan sesuatu yang wow di negeri ini, tapi yang menarik kali ini pengemisnya benar-benar cantik. Dalam hati saya, kurang berbakat wanita ini untuk mengemis. Masa mengemis secantik dan sebersih ini.
Sempat saya berprasangka buruk, saya pikir dia mengemis untuk hal-hal yang sekunder bahkan tersier, bukan yang primer. Semoga prasangka saya itu salah. Semoga aja bukan penipu yang meminta uang semudah itu di depan masjid. Semoga saja benar-benar orang yang fi sabilillah seperti yang di katakannya.
Unik dan istimewa, kebanyakan masjid di negeri ini tidak ada yang menyediakan kotak infak di depan pintu, di tiang atau tempat lainnya untuk operasional masjid. Ketika khutbah jum’atpun tidak pernah ada kotak infak yang lalu lalang dihadapan kita. Karena memang operasional masjid kebanyakan ditanggung oleh kementerian agama Maroko dan para saudagar dermawan yang suka berinfak.
Memanfaatkan hal itu, di luar pintu masjid pasti kita akan lihat banyak pengemis berjejer meminta uang. Apalagi ketika sebelum dan setelah sholat jum’at. Tetapi hal yang saya takutkan banyak orang yang tidak berkekurangan atau bahkan mampu. Mereka mudah-mudahnya mengemis tanpa tahu hari, dimanapun dan kapanpun itu. Sekali lagi semoga prasangka saya ini salah. Semoga saja mereka benar-benar membutuhkan.
Itulah 2 peristiwa unik yang saya dapati di malam ini. Berseteru di tempat yang suci dan pengemis cantik yang memancing hati.
Setelah sholat yang diselesaikan oleh Imam dengan salam, berzikir sejenak, tiba-tiba ada sedikit keributan terjadi di shaf ketiga sisi kanan masjid. Saya tidak tau tepatnya permasalahan apa yang terjadi ketika itu. Ada asap pasti ada api. Tapi apinya itu yang malas saya cari tahu, karena memang mereka ribut dengan bahasa arab amiyah sekali, sehingga saya tidak paham dibuatnya. Ya sudahlah urusan mereka, tegur hati saya.
Sebenarnya kasus percekcokan di dalam masjid ini tidak sekali ini saja saya lihat, di lain kesempatan saya pernah lihat seorang muadzin terlihat bersitegang dengan seorang jama’ah, hebatnya di shaf pertama. Kejadian itu saya lihat ketika setelah sholat maghrib bubar. Saya amati mereka berdua terlihat memperebutkan sebuah bantal, perlu diketahui bahwa kebanyakan masjid di Maroko ini menyediakan bantal untuk musim dingin. Bantal ini berguna sebagai alas kaki ketika sholat ataupun alas ketika bersandar, agar punggung tidak langsung menyentuh ke dinding yang dingin.
Di lain kasus saya pernah melihat dua orang jama’ah terlihat berseteru sebab memperebutkan shaf yang lebih depan, hebatnya mereka berseteru ketika iqomah sedang dikumandangkan. Sesederhana itu penyebab mereka berseteru. Itu baru di masjid, tempat yang paling mulia, belum lagi perseteruan di jalan, terminal, warung, transportasi umum dan banyak lainnya lagi. Kalau di masjid saja mereka begitu apalagi di tempat lain, pasti lebih banyak, dan lebih parah.
Sungguh arab Padang pasir, jiwa panas, emosi membara. Saking seringnya melihat orang kelahi, bahkan kakak kelas saya berkata “kalau kamu tidak lagi melihat orang Maroko berkelahi, berarti kamu tidak lagi di Maroko, artinya kamu sudah pulang ke Indonesia” sambil bercanda. Lumayan kalimat yang hebat lagi melekatkan di pikiran saya.
Tapi tunggu dulu, jangan ambil kesimpulan sampai di situ saja. Kebanyakan orang yang sudah berkelahi di Maroko ini pasti ujung-ujungnya damai. Bahkan tak jarang saya lihat awalnya mereka bersitegang keras, pada akhirnya mereka saling memaafkan, tertawa bersama, bahkan sambil berpelukan erat.
Di balik kerasnya orang-orang Arab, mereka punya hati yang lembut. Kata anak-anak sekarang “muka preman hati hello kitty”.mungkin bisa disematkan kepada sebagian orang Arab. Tapi jangan dikira hello kitty semua. Mungkin ada juga “muka preman hati orochimaru”, hehe.
Selesai melaksanakan urusan saya di masjid, ketika itupun saya keluar dan ingin pulang. Tiba-tiba di pintu masjid ada seorang wanita cantik sedang berdiri mengemis uang kepada jama’ah yang keluar. Pengemis ini mengucapkan “fi sabilillah” beberapa kali. Tetapi yang menjadi perhatian saya bukan cara menyemisnya, melainkan paras wanita tersebut yang cantik,, manis, putih, dan mengenakan pakaian lengkap. Saya lihat tidak ada yang kurang pada dirinya.
Sebenarnya pengemis bukan sesuatu yang wow di negeri ini, tapi yang menarik kali ini pengemisnya benar-benar cantik. Dalam hati saya, kurang berbakat wanita ini untuk mengemis. Masa mengemis secantik dan sebersih ini.
Sempat saya berprasangka buruk, saya pikir dia mengemis untuk hal-hal yang sekunder bahkan tersier, bukan yang primer. Semoga prasangka saya itu salah. Semoga aja bukan penipu yang meminta uang semudah itu di depan masjid. Semoga saja benar-benar orang yang fi sabilillah seperti yang di katakannya.
Unik dan istimewa, kebanyakan masjid di negeri ini tidak ada yang menyediakan kotak infak di depan pintu, di tiang atau tempat lainnya untuk operasional masjid. Ketika khutbah jum’atpun tidak pernah ada kotak infak yang lalu lalang dihadapan kita. Karena memang operasional masjid kebanyakan ditanggung oleh kementerian agama Maroko dan para saudagar dermawan yang suka berinfak.
Memanfaatkan hal itu, di luar pintu masjid pasti kita akan lihat banyak pengemis berjejer meminta uang. Apalagi ketika sebelum dan setelah sholat jum’at. Tetapi hal yang saya takutkan banyak orang yang tidak berkekurangan atau bahkan mampu. Mereka mudah-mudahnya mengemis tanpa tahu hari, dimanapun dan kapanpun itu. Sekali lagi semoga prasangka saya ini salah. Semoga saja mereka benar-benar membutuhkan.
Itulah 2 peristiwa unik yang saya dapati di malam ini. Berseteru di tempat yang suci dan pengemis cantik yang memancing hati.
Di lain kasus saya pernah melihat dua orang jama’ah terlihat berseteru sebab memperebutkan shaf yang lebih depan,
BalasHapusLukQQ
Situs Ceme Online
Agen DominoQQ Terbaik
Bandar Poker Indonesia