Efek Panik Corona karena Media?
Pandemi Corona semakin hari semakin
menjadi, alih-alih menunjukkan grafik penderita makin menurun, yang terjadi
justru sebaliknya. Sampai jam ini sudah 500 ribu orang lebih menjadi pasien Covid 19. Sudah
bosan sepertinya mendengar berita-berita tentang virus menakutkan ini, baik
dari TV, media sosial, feed dan story instagram, Youtube, artikel-artikel (atau mungkin tulisan ini), bahkan tak jarang komunitas-komunitas
yang membuat diskusi secara online membahas ini, lewat zoom meeting atas
nama realisasi himbauan social distancing.
Mungkin Corona virus berhasil menjadi
trending topik abad ini, dan “bisa jadi” trending topik versi media
sosial sepanjang masa, sebab pemberitaannya yang sangat masif. Karena zaman
dulu kan belum ada medsos, andaikan ada, mungkin Flu Spanyol tahun 1918, atau
Perang Dunia I dan II boleh lebih trending ketimbang sekarang. Artinya apa? Dunia
kita tidak kali ini saja merasakan musibah besar berskala internasional. Jauh hari
sebelum ada medsos pandemi-pandemi, peristiwa dahsyat sudah pernah ada
sebelumnya.
Virus Corona berusaha meningkatkan kualitas keagamaan
seseorang.
Seringnya saya menonton berbagai wawancara
dan dialog di media, Narasumber dan host kerap kali menampilkan sisi religiutas,
misalnya ketika ditanyai tentang kabar, mereka selalu menjawab dengan mengucap Alhamdulillah,
puji tuhan dan sebagainya. Dan tak lupa mendoakan si penanya (host) dan pemirsa
yang menyimak agar semoga diberi kesehatan selalu.
Dan sering juga melontarkan kalimat-kalimat
baik seperti wallahu ‘alam, innalillah, masyaAllah, membuka dan menutup pembicaraan dengan Assalaamualaikum.
Mungkin Ini pemandangan yang jarang nampak
sebelumnya, semoga istiqomah.
Yang menarik, akhir Februari
ketika ada indikasi Corona sudah masuk ke Indonesia, pejabat Nasional sering
menyampaikan pernyataan-pernyataan yang agamis. Menteri Kesehatan kita
contohnya, bapak Terawan ketika ditanya oleh wartawan kerap menyelingi
jawabannya “kita bertawakkal saja kepada Allah, banyak berdo’a kepada Allah”
Semoga momen ini menjadikan masyarakat insan agamis
yang hakiki. Terlepas adanya kebijakan pemerintah untuk menutup sementara masjid-masjid,
meniadakan pengajian, melarang kumpul di rumah ibadah. Karena bukan hanya di Indonesia,
hampir semua negara sudah menetapkan himbauan itu. Ya demi kemaslahatan. Memelihara
keberlangsungan hidup manusia. Begitu konsepnya dalam ilmu Maqoshid syariah
Kritik intensitas media-media dalam menyampaikan
informasi tentang Corona.
Pertama, tak bisa dipungkiri
media-media sudah bekerja keras untuk menyajikan informasi hangat seputar
Corona kepada kita, terlepas dari tantangan-tantangan yang mereka hadapi, tak
bisa #stayathome tentunya. Terimakasih insan pers.
Kalau
bukan dari sobat media dari mana lagi kita bisa dapat informasi? Namun, kritik
saya, jelas terhadap media-media yang suka memberitakan hal yang buat panik. “Awas,
corona pengaruhi kesehatan jiwa”, mungkin salah satu contoh judul clickbait
dari media kaliber nasional, bukan media ecek-ecek. Kita cukup tau Corona itu
memang bahaya, bersikap waspada harus, tapi pemberitaan media nasional yang
terus-terusan juga salah satu sebab kepanikan tinggi saya rasa.
Saya ingat ketika jubir
pemerintah untuk covid-19 diundang di podcast om Deddy Corbuizer, pak Yuri
panggilannya, setelah diberitakan ada seorang dengan gejala Corona yang ditolak
di salah satu rumah sakit di Jakarta, ga tau terpleset lidah atau gimana, malah
menyampaikan “rumah sakit bukan lagi “hanya” urusan kesehatan, namun lebih dari
itu, this is the business, selamat datang di Indonesia.”
Mendengar pernyataan ini sangat
empuk sekali dijadikan judul clickbait dan thumbnail oleh tim editor.
Benar saja, video itu menghasilkan views 5 juta lebih dan 30 ribu
komentar.
Padahal kan beliau reprentasi
dari pemerintah, ga etis dong ngomong gitu di depan media. Pak Yuri dipuji
karena mengungkapkan kebenaran namun tak sedikit juga yang mencela, karena
merugikan rumah sakit itu. Akhirnya beliau minta maaf kepada media.
Artinya apa? tidak setiap kebenaran
itu relevan diungkapkan, apalagi sekelas pejabat nasional dan juru bicara
pemerintah, yang hari-hari ini selalu dinantikan publik berkaitan informasi
Corona. Orang-orang yang bergejala kan pada panik, ini mau berobat kemana kalau
semua rumah sakit nolak. Tapi itu sebelum pemerintah bertindak nyata atasi wabah
ini.
Lagi-lagi
karena media, Youtube kan media, apalagi podcastnya om botak ini, viral donggg.
Tapi saya terima kasih lagi kepada media-media yang selalu update informasi dan
menyajikan diskusi, Terimakasih ILC, Mata najwa, CNN Indonesia, TV One, Kompas
TV, Kumparan, Detik dan media lainnya. Untuk di Maroko terimakasih Hespress, Moroccoworldnews. Semoga kita senantiasa dilindungi Allah dari Virus Corona Covid 19. Amiinn. Salaamm sikuu. Namastee..
Tidak ada komentar: