Beruntungnya Meninggal Dunia di Maroko
Beruntungnya
meninggal di Maroko
Mengerikan, horor dan misterius.
Mungkin begitulah kata pertama yang tergambarkan oleh pembaca sekalian dari
judul yang lumayan aneh ini. Aneh tapi
insyaAllah akan saya buat berisi. Jadi aneh-aneh berisi, hehe. Judul ini bukan
tanpa sebab. Alasan yang pasti justru telah berdasar dari judul ini.
Sedikit memberi alarm, bahwa
kematian itu adalah suatu yang pasti, nyata, dan tidak dapat dielakkan oleh
makhluk manapun. Karena sang Pencipta telah menjelaskannya di dalam kitabNya.
“Kullu nafsin dzaa’iqotul maut” ,”setiap yang bernyawa pasti akan mengalami
kematian” setidaknya penggalan ayat ini disampaikan tiga kali di dalam
Al-qur’an, yang pertama surah Ali-Imran ayat 185, kemudian surah Al-Anbiya’
ayat 35, dan yang terakhir surah Al-Ankabut ayat ke 57. Pengulangan ini
menegaskan bahwa kematian itu sesuatu yang pasti akan terjadi.
Di negara Maroko yang menjadi
negara kedua saya ini memiliki amalan dan tradisi baik ketika ada yang
meninggal dunia. Sedikit flashback, seperti yang telah saya sebutkan pada
tulisan sebelumnya, bahwa masjid-masjid di Maroko ini setiap sholat lima waktu
selalu diisi dengan banyak jama’ah. Kalau ada penduduk setempat yang meninggal
dunia, maka jenazah akan disholatkan di masjid, pas setelah sholat. Biasanya
sholat zuhur dan ashar.
Karena setiap sholat banyak
jama’ahnya, maka semakin banyak pula yang menyolatkan si jenazah tadi. Biasanya
setelah imam mengucap salam di tasyahud akhir, sang muadzin pun menggapai mikrofon
dan mengajak jama’ah semua untuk sholat janazah, “sholatul janazah,
janazatir rojul / janazatim ro’ah rahimakumullah” yang artinya,”mari sholat
janazah, janazah laki-laki / janazah perempuan, semoga kalian di rahmati
Allah”. Lalu imampun berdiri dan diikuti oleh seluruh jama’ah yang hadir.
Kenapa mesti ditentukan janazahnya
laki-laki atau perempuan? Karena untuk memastikan dhomir yang dipakai pada do’a
untuk si mayit. Jika laki-laki maka memakai dhomir hu, sementara kalau
perempuan akan memakai dhomir ha.
Kalau masjid dekat rumah saya, masjid
masiroh namanya, jama’ah selalu ramai setiap sholat lima waktu. Mungkin sekitar
300 orang selalu hadir setiap waktu zuhur dan ashar. Jadi kalau ada yang
meninggal dan disholatkan pada hari itu, berarti janazah tadi beruntung telah
disholatkan 300 orang ketika itu. Tidak peduli, mau janazah itu laki-laki atau
perempuan, orang yang terpandang atau tidak, kaya atau miskin, tetap saja
banyak orang yang menyolatkan. Apalagi kalau bertepatan di hari jum’at,
pastinya akan lebih banyak yang akan menyolatkan, bahkan ribuan jika saya
taksir. Wah wah keuntungan akhirat yang sangat menggiurkan sekali. menggiurkan
bagi si mayit juga menggiurkan bagi yang menyolatkan.
Berbeda keadaan dengan negara
tercinta, perihal sholat janazah ini. Jika ada yang meninggal dunia, biasanya
disholatkan tidak diwaktu sholat lima waktu, tetapi diwaktu yang sepi atau
kosong sholat. Kalaupun di waktu sholat, jama’ah juga sedikit, paling banter
hanya keluarga dan kerabat yang menyolatkan. Hal ini Juga disebabkan karena
sedikitnya orang mau berjama’ah di masjid, apalagi waktu zuhur atau ashar,
karena tepat di jam kantor dan jam sekolah.
Berikut perbedaan tata cara sholat
jenazah menurut mazhab syafi’i dan Maliki :
Menurut
Mazhab Syafi’I (Indonesia)
|
Menurut
Mazhab Maliki (Maroko)
|
Di awali dengan niat
|
Di awali dengan niat
|
4 kali takbir
|
4 kali takbir
|
Angkat tangan di setiap takbir
|
Angkat tangan hanya di takbir
pertama dan tidak mengangkat tangan di takbir selanjutnya
|
Wajib baca Al Fatihah
|
Tidak wajib baca Al Fatihah
|
Salam dengan 2 kali salam
|
Salam cukup dengan 1 kali salam
|
Sumber :
Kitab minhajul muslim syarah shohih muslim imam nawawi (mazhab syafi’i)
Kitab Mukhtashor kholil (mazhab maliki)
Kitab Arrisalah ibnu abi zaid (mazhab Maliki)
Tidak ada komentar: