Home
recent

Pemuda, kontributor atau justru provokator?

                                     
       Berbicara tentang pemuda, harus diakui bahwa pemuda merupakan aktor utama yang memiliki peran besar dalam setiap fase-fase kebangkitan bangsa dan Islam kita. Tidak hanya dalam kurun waktu milenial sekarang akan tetapi juga masa dahulu yang perannya telah dicatatkan dengan tinta emasnya sejarah. Pemuda itu identik dengan kemauan. Ketika seorang pemuda sudah berkemauan dan berkeinginan maka sekuat tenaga akan berusaha untuk menggapainya.

          Maka tak pelaklah keluar ungkapan bahwa kemauan pemuda adalah kepuasan baginya. Sering juga kita dengar bahwa pemuda itu identik dengan sebuah perubahan. Para pemudalah yang berkhidmat untuk islam . Contohnya saja, Abdullah bin Umar atau sering dikenal dengan Ibnu Umar, beliau adalah pemuda yang sangat mencintai islam dan mencintai Rasulullah. Saking cintanya kepada islam pada saat umur 14 tahun beliau meminta kepada Rasulullah untuk ikut berjihad di peperangan uhud, tetapi karena beliau belum baligh saat itu maka rasulullah tidak mengizinkannya. Itulah salah satu contoh dari banyaknya pemuda-pemuda tangguh di zaman Rasulullah.

          Kita juga kenal dengan nama Chairul saleh, Sukarni, dan Wikana, yaitu 3 orang pemuda yang selalu terbakar dengan semangat cita-cita kemerdekaan dan proklamasi. 3 pemuda inilah yang sangat ingin agar kemerdekaan negara tercinta segera dilaksanakan. Walau akhirnya presiden Soekarno dengan bijak meminta mereka untuk bersabar dan memikirkan matang-matang rencana kemerdekaan tersebut.

         Kemudian sebut saja Mark zuckerberg, salah satu contoh pemuda yang sangat berpengaruh di era milenium ini. Pendiri sekaligus pemilik perusahaan media sosial terbesar dunia yang bernama Facebook itu sudah membuat perubahan besar di dunia komunikasi. mendirikan Mega perusahaan itu di umur 20 tahun dan sekarang masuk ke angka 33 tahun yang mana pada usia itu masa-masa kematangan seorang pemuda. Walau memang dia adalah seorang nonmuslim. Paling tidak dengan kematangan ide dan semangatnya di usia muda tersebut bisa menjadi contoh bagi para pemuda.

          Begitu masih banyak lagi pemuda-pemuda revolusioner yang telah mencatatkan nama mereka dengan emas sejarah. Tetapi yang lebih dari itu adalah peran masa muda para nabi-nabi kita di masa mudanya untuk menyampaikan risalah dari Allah yang maha segala-galanya terutama dan terkhusus nabi panutan kita yakni nabi Muhammad Shollallahu alaihi wasallam yang masa mudanya beliau habiskan untuk berdakwah mengajak semua orang masuk islam dan menjalankan perintah Allah SWT.

          Lantas muncul pertanyaan pemuda manakah yang akan memberi kontribusi yang besar bagi bangsa?  Apakah setiap pemuda itu akan membawa misi kebangkitan bagi bangsa kita?  Atau justru sebaliknya, pemuda yang akan menjadi provokator untuk merusak bangsa dan jati diri Indonesia?

          Tidak terlepas dari semua itu, pemuda memiliki semangat dan tekad yang membara. Ketika seorang pemuda berkata dan menginginkan sesuatu maka mati-matian akan ia perjuangkan demi menggapainya. Ya,  itulah sifat keinginan yang kuat. Karena itulah pemuda kerap di sebut sebagai harapan besar bagi sebuah bangsa, dan kontribusinya akan selalu ditunggu-tunggu oleh bangsa.

          Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa pemuda juga memiliki sikap negatif. Misalnya sikap emosional yang selalu membara. Padahal emosi yang tidak terkontrol akan menghasilkan kerusakan yang besar. Sering kita lihat betapa banyaknya demonstrasi yang harapannya berjalan damai justru sebab emosi pemuda yang tidak terkontrol demonstrasi menjadi ricuh bahkan sampai memakan korban. Itu juga karena pemuda. Ya inilah pemuda provakator yang akan merusak bangsa.

           Setiap ada sudut positif pasti juga ada sudut negatif, dan yang paling penting yakni bagaimana caranya seorang pemuda bisa mengoptimalkan potensi positif yang dimilikinya dan mengontrol kemungkinan negatif yang juga ada pada dirinya. Kemudian berbicara tentang kontribusi, pemuda revolusioner harusnya memberikan yang terbaik untuk bangsanya, bukan mencoreng nama Negara.

           Hal ini akan lebih banyak dirasakan oleh pemuda Indonesia yang khususnya di luar negeri seperti kita. Kontribusi kita akan ditunggu-tunggu. Walau banyak orang berpikiran “yah buat apa saya memberikan kontribusi untuk Negara sedangkan Negara tidak ada pedulinya dengan pendidikan kita”. Ini salah satu jalur pemikiran yang terlalu pendek dan dangkal. Bangsa dan Negara yang kita dilahirkan dan dibesarkan di sana , kita masih saja berharap imbalan? Kita masih saja hitung-hitungan demi kontribusi bangsa?

          Ya memang banyak para pemuda yang seperti ini, alhasil banyak diantara mereka ketika berprestasi cemerlang di luar negeri ketika ditawarkan kewarganegaraan oleh Negara yang setempat mereka dengan mudahnya menerima dan tidak lagi memperdulikan Indonesia. Apakah ini yang dimaksud pemuda revolusioner? Apakah ini pemuda harapan bangsa? tentu tidak. Alih-alih diharapkan menjadi pemuda pemimpin bangsa, justru menjadi pemuda pengkhianat bangsa.

          Lagi-lagi kita diingatkan oleh sang proklamator dengan perkataan indah nan kaya maknanya tentang pemuda. Di suatu pidato beliau berkata “beri aku 10 pemuda, niscaya akan kuguncangkan dunia”. Kata mutiara ini tentu bukan kata kosong penghias saja, akan tetapi kalimat multi motivasi yang akan menstimulasi seluruh pemuda khususnya pemuda Indonesia untuk selalu bekerja, beramal dan berkarya mengharumkan nama Indonesia di mata dunia. Pemuda Indonesia akan mengubah bangsanya dari “kucing” menjadi “macan” Asia bahkan dunia.

          Pertanyaan besar pada diri kita sebagai pemuda. Apakah sejauh kita sudah memberikan kontribusi yang ada atau paling tidak sudah menyiapkan rencana untuk pembangunan Indonesia di masa depan?  Atau justru sebaliknya, kita sudah memberikan dampak negatif kepada bangsa dan negara bahkan menjadi cikal bakal provokator yang akan merusak bangsa? Ya, harapannya tentu pilihan pertama yakni pemuda kontributor bukan provokator.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.