Jangan Tanya Hal ini Kepada Orang Amazigh !
Suatu saat, saya penasaran dengan
umur orang-orang yang ada di madrasah (igdhi). Tampaknya banyak
yang sudah tua. Saya pun memberanikan diri untuk menanyakan umur salah satu
dari mereka. Mohammad Al Fakhim namanya, dia berasal dari kota ourzazate.
Sidi
Mohammad, aku penasaran umur kamu sudah berapa tahun? Lalu dia pun membisu
tidak mejawab pertanyaanku. Saya pun belum menyerah, kembali saya tanyakan hal
itu. Tetapi sama saja hasilnya, ia diam dengan senyuman dan tertawa yang
dingin. Untuk ketiga kalinya saya tanyakan hal itu, akhirnya ia pun menjawab. “Ada
tiga hal yang tidak boleh ditayakan kepada orang Amazigh dan orang Madrasah.
Yang pertama, umur. Yang kedua, saudara perempuan. Yang ketiga silki
Al-qur’an (sudah berapa kali membaca Al Qur’an tanpa melihat mushaf)”
Yang pertama, orang Amazigh
dan orang Madrasah tidak mau menjawab jika ditanya “berapa umurmu?”.
Menurut mereka, jika jawabannya lebih muda dari perkiraan, ia akan lebih sulit
untuk membaur dan takut dipuji-puji. “umurmu masih muda, tapi jumlah hapalan
mempesona”. Sungguh itu pujian yang beracun ujar mereka.
Tapi jika umur mereka lebih tua dari dugaan
awal, mereka khawatir susah bergaul dengan yang muda. Ya, itu asumsi mereka.
Yang
kedua, orang Amazigh dan orang madrasah akan merasa aneh jika
ditanya tentang saudarinya. “berapa jumlah saudara perempuanmu?”, “apakah dia
cantik”? “bolehkah aku liat fotonya?”. Itu merupakan pertanyaan-pertanyaan yang
tabu di pikiran mereka.
Pernah
sekali, saya bertanya ke teman saya, Mohammad Arraisi Namanya. Kebetulan beliau
anak faqih, atau anak kyai yang punya pondok. “kamu bersaudara berapa
orang bersaudara?” tanya saya. Lalu ia menjawab, “tiga bersaudara” jawabnya.
Sampai di situ, saya puas dengan jawabannya. Artinya saya mengenal ketiga
saudaranya tersebut. Mohammad, Ahmad, dan Ali. Usut punya usut, saya pun tahu
dia punya saudara perempuan. Saya pun protes kepadanya, “kan kamu bilang
kemarin hanya ada tiga bersaudara (semuanya laki-laki)”. Dia pun tersenyum sambil
terkekeh. “iya, yang bertiga itu saudara laki-laki, kalau yang perempuannya
tidak saya bilang kepadamu” sambungnya.
Yang
ketiga, orang Amazigh dan orang Madrasah akan merasa tabu jika ada
pertanyaan silki Al-qur’an. Silki Al-qur’an adalah metode muraja’ah
(mengulang hapalan) Al-qur’an dengan menyetor sendiri tanpa melihat mushaf.
Mulai dari juz 1 sampai juz 30. Biasanya, orang-orang menyelesaikan dengan 3
hari atau kurang dari itu. Artinya, dalam 3 hari itu mereka tidak boleh melihat
Al-qur’an melainkan hanya menyetorkannya sendiri.
Ketiga pertanyaan itulah yang
dianggap aneh,tabu,sekaligus malu untuk mereka jawab. Dan itu berlaku bagi anak
Amazigh sekaligus anak madrasah. Berbeda jika mereka tinggal di kota atau anak
kampus, itu sudah hal biasa dan dapat dimaklumi bagi mereka.
foto ini tidak ada hubungannya dengan cerita |
Alhamdulillah...lagi nyari informasi tentang negara Maroko akhirnya nemu blog ini.......😁 mashaallah...saya kenal beberapa orang maroko...tapi kenapa kebanyakan mereka bilang kalau negaranya korup yah dan pendidikan lemah disana..selain itu biaya menikah sangat mahal maka dari itu teman teman saya itu selalu bilang bahwa wanita disana seluruhnya = Maal......apakah memang seperti itu....
BalasHapus